Friday 8 March 2013

Teori Konseling Trait & Factor



By Muhammad Al kausar



Teori Konseling  Trait & Factor

Toko utama teori sifat dan faktor adalah Walter Bingham, Jhon Darley, Donald G. Paterson, dan E. G. Williamson. Teori sifat dan faktor sering pula disebut sebagai konseling direktif atau konseling yang berpusat pada konselor.
1.                  Konsep utama
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. Maksud konseling menurut Williamson adalah untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia, serta tugas konseling sifat dan faktor adalah membantu individu dalam memeperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir (Shertzer & Stone, 1980).
2.                  Proses konseling
Peranan konselor menurut teori ini adalah memberitahukan konseli tentang berbagai kemampuanya yang diperoleh konselor melalui testing. Berdasarkan testing pula konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini sering disebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah memberitahukan, memberi informasi, dan mengarahkan konseli. Williamson “ hubungan konseling merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi dalam hubungan tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi klien berkembang ke satu arah yang terbaik baginya”.



Proses konseling dibagi 5 tahap :
Analisis, merupakan tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan data dan informasi klien atau konseli.
Sintetis, merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis yang sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat klien, kelemahan serta kekuatanya, dan kemampuan penyesuaian diri.
Diagnosis, sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan berpengaruh kepada proses penyesuaian diri.
Diagnosis terdiri dari 3 langkah penting:
a.       Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif, misalnya dengan menggunakan kategori Bordin atau Pepinsky atau kategori lainya.
Kategori diagnostik Bordin
• Dependence atau ketergantungan
• Lack of information atau kurangnya informasi
• Self-conflict atau konflik diri
• Choice-anxiety atau kecemasan dalam memnuat pilihan

Kategori Pepinsky
• Lack of assurance atau kurangnya dukungan
• Lack of information atau kurangnya informasi
• Lack of Skill atau kurangnya keterampilan
• Dependence atau ketergantungan
• Self-conflict atau konflik diri
b.      Menentukan sebab-sebab, yang mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang dpat menerangkan sebab-sebab gejala.
c.       Prognosis, misal diagnosisnya kurang cerdas, prognosisnya menjadi kurang cerdas untuk pengerjaan sekolah yang sulit, sehingga mungkin sekali gagal kalu ingin belajar menjadi dokter. dengan demikian konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya sendiri, yang berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau menerima.
Konseling, merupakan hubungan membantu konseli untuk menemukan sumber diri sendiri maupun sumber diluar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuanya. Ada 5 jenis sifat konseling:
·         Belajar terpimpin menuju pengertian diri
·         Mendidik kembali atau mengajar sesuai dengan kebutuhan individu dalam mencapai tujuan kepribadianya dan penyesuaian hidupnya.
·         Bantuan pribadi konselor supaya konseli mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
·         Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
·         Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran
Tindak lanjut, mencakup bantuan kepada klien dalam mengahadapi masalah baru dengan mengingatkanya kepada maslah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling.
3.                  Teknik konseling
Teknik konseling harus disesuaikan dengan individualitas klien, dan kita tidak dapat menghindari kenyataan bahwa setiap masalah menuntut fleksibelitas dan keragaman konseling.

C.    Teori konseling Trait & Factor dalam Tinjauan atau persepektif Islam (Al-Qur’an)

Yang telah kita ketahui bahwa Trait & factor adalah Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling TF adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya. setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian merupakan sifat mendasar pada diri manusia baik itu dalam hati, jiwa, perilaku, atau fisik dan kepribadian terbentuk dari pembawaan manusia itu sendiri dan dibentuk oleh lingkungan sekitar.
Di dalam Al-Qur’an menggambarkan deskripsi tentang manusia sebagai berikut :
ƒ 
      Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S An-Nisa 4: 28)
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. ( Q.S Al-Isra 17: 11).

*  
Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama Keadaan dan sifatnya?. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada Perbandingan itu)?. (Q.S Hud 11: 24).
Penjelasan bagaimana kepribadian dan keadaan orang yang bertakwa, orang bertakwa yang kemudian disebut “Muttaqin” berasal dari  mashdar “Ittiqa” yaitu hal yang menjadi tameng sebagai penghalang antara dirinya dengan orang yang akan mencelakakannya. Muttaqin adalah orang yang mengambil manfaat dari nur Al-Qur’an sekaligus memetik kandungannya. selalu berusaha mencari pertolongan serta kekuatan untuk melaksanakan hukum-hukum Al-Qur’an. mereka berharap hidayah Allah dan berkemauan untuk menerima cahaya kebenaran.
Maksud Muttaqin adalah orang-orang yang hati, ucapan dan perilakunya senantiasa mengejar ridho Allah serta menjauhi siksaannya. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa lagi beriman akan mendapat surge yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal didalamnya dengan ridho Allah dan mendapat tempat yang bagus disurga ‘And. adapun siksa yang harus dihindari terdapat dua macam yaitu siksa dunia dan akherat. siksa dunia dapat dihindari dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta menghindari kekalahan dan putus asa, sedangkan siksa akherat dapat dicegah dengan cara memelihara iman denga ikhlas, teguh memegang tauhid, serta beramal sholeh.
Sedangkan orang kafir yang disebut “Kafirun”, memiliki sifat kufur yang berarti penutup atau menyelimuti, maksudnya adalah menutupi kenikmatan dengan tidak menyatakan syukur. kafir juga berarti mengingkari keesaan dan keberadaan Allah SWT dan Rosul-Nya. disini Allah menjelaskan  bahwa kesesatan dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang kafir sudah melampaui batas , sehingga akan sia-sia baik diberi peringatan atau tidak. karena Allah telah menutup penglihatan dan pendengaran mereka dari kebenaran dan akhirnya mereka tidak mampu lagi membedakan antara yang bermanfaat dan yang madharat.
Orang-orang kafir merasa bahwa dirinya mengadakan perbaikan dan kebaikan di muka bumi padahal tanpa mereka sadari mereka telah melakukan kerusakan. mereka juga berpendapat bahwa hanya orang yang bodoh yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya padahal merekalah orang-orang yang bodoh.
Perlu diketahui juga bahwa diantara orang-orang kafir terdapat segolongan orang yang disebut munafik. yakni orang-orang yang hanya beriman dimulut saja tetapi hatinya ingkar. merekalah orang-orang kafir yang paling keji, sebab disamping kekafirannya mereka juga mengejek, menipu dan memalsukan tindakannya. mereka membeli kesesatan dengan petunjuk, karena mereka berani menukar petunjuk dengan dusta dan kebohongan yang sesat.
Allah mengumpamakan mereka seperti orang yang menyalakan api tetapi Allah menghilangkan cahayanya dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tetap dalam keadaan keadaan, buta, tuli dan bisu yaitu keadaan kehilangan perasaan dan akal sehat, sehingga mereka tidak akan kembali kejalan yang benar. apalah guna telinga apabila tidak digunakan untuk mendengar nasehat para pemberi fatwa, apalah guna lisan apabila tidak digunakan untuk mencari kebenaran serta mengungkapkan hal yang sulit sehingga menjadi mudah dan apalah gunanya mata apabila tidak digunakan untuk melihat contoh-contoh yang baik guna menambah petunjuk dan pengalaman. dijelaskan pula bahwa mereka memilki rasa takut yang sangat besar dalam menghadapi kematian. itulah sebabnya orang-orang munafik ini selalu menghindari medan perang kerena jangankan menghadapi hunusan pedang dimendan perang, mendengar suara petirpun mereka menutup telinga karena takut mati.
Banyak juga teori yang mengklasifikasikan kepribadian seseorang menurut dasar keilmuannya masing-masing
Hippocrates- Galenus mengklasifikasikan kepribadian sebagai berikut:
1.                  Choleris, bersifat penuh semangat dan berdaya juang tinggi
2.                  melanholis, bersifat mudah kecewa dan berdaya juang rendah
3.                  phlegmatic, bersifat tenang dan tidak mudah dipengaruhi
4.                  sanguinis, bersifat ramah tetapi mudah berganti haluan
Sheldon juga mengklasifikasikan manusia atas komponen kejasmanian, temperamen dan psikiatris. sedangkan plato membedakan adanya tiga bagian jiwa yang menjadi penopang suatu kepribadian yakni pikiran (logos), kemauan (themos), hasrat (epithumid).
Kesimpulannya adalah kepribadian manusia itu bukan hanya jiwa tetapi merupakan perpaduan antara hati, sifat, pemikiran, fisik, yang kemudian membentuk perilaku tertentu yang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan sekitar.
Manusia merupakan mahkluk yang paling mulia diciptakan di muka bumi karena manusia diciptakan lengkap dengan hati dan akalnya serta komponen-komponen lain yang tidak diberikan kepada mahkluk lain. tetapi seiring dengan perkembangannya manusia bisa juga menempati lubang kehinaan yang disebabkan karena tidak menggunakan atau meninggalkan akal sehat atau fitrahnya untuk mencari kebenaran.
Secara sistematis, manusia dapat memperlihatkan kepribadiannya dengan hati, lisan, dan prilakunya, sebagaimana seorang mukmin yang harus dapat membuktikan keimanannya dengan mentasdikkan dengan hatinya, mengucapkan dengan lisannya, serta mengamalkan dengan prilakunya. Sa’id Hawwa menyebutkan empat unsure yang membentuk kepribadian manusia adalah hati, ruh, nafsu dan akal.
·         Hati disini bukanlah yang terdapat dirongga dada yang dapat ditangkap secara indarawi namun rasa ruhaniah yang halus yang bersifat ghaib yang menjadi tempat untuk keimanan dan kekufuran, yang menjadi tempat bagi rasa cinta dan rasa benci, dialah yang tahu, mengerti, dan paham, dialah yang mendapat perintah, yang dicela, yang diberi sanksi, dan yang mendapat hukuman, dan hatilah yang mengendalikan seluruh hidup manusia.
·         Ruh adalah perasaan halus (lathifah) manusia, yang tahu dan mengerti dan sedikit sekali manusia yang mengetahui tentang roh ini. firman Allah sebegai berikut:
š  
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S Al-Isra 17: 85).
·         Nafsu adalah jiwa manusia, nafsu atau jiwa bisa menjadi terpuji atau bahkan sebaliknya. bila dikendalikan dengan baik maka akan menjadi jiwa yang tenteram tetapi bila jiwa diserahkan kepada syetan maka akan menjadi jiwa yang menyerah.
·         Akal adalah ilmu tentang hakikat segala sesuatu. akal ini bertempat dalam hati, bahkan ada yang berpendapat bahwa akal adalah hati. akal adalah sifat orang yang berilmu dan adakalnya juga dimaksudkan sebagai tempat terhimpunnya ilmu pengetahuan.
Manusia sebagai predikat mahkluk yang paling mulia atau sempurna berpotensi untuk berkepribadian baik atau bahkan sangat baik serta berkepribadian buruk atau bahkan sangat buruk. kepribadian bersifat dinamis kadang panas kadang dingin, kadang tenang kadang resah, kadang tinggi kadang rendah, bisa beriman bisa juga menjadi kufur, serta sifat baik tidak akan selalu selamanya baik begitupun sebaliknya. meski bersifat dianamis, ia tetap dapat juga dijaga untuk stabil sebagaimana manusia menjaga keimanannya dengan segala kenikmatannya atau kukuh dengan kekufurannya dengan segala siksaannya.
            Kepribadian manusia dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
Al-Mu’minun ayat 1-6

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (Q.S Al-Mu’minun 23: 1-6).
Surat Al-Mu’minun Ayat 1-6 menjelaskan kepada kita tentang salah satu pola kepribadian manusia dalam Al-Qur’an yaitu Mukmin beserta ciri-cirinya, pada Ayat 1-4 disebutkan ciri seorang mukmin, Sesungguhnya telah pasti beruntunglah mendapat apa yang didambakannya sebagai orang-orang mukmin, yang mantap imannya dan mereka buktikan kebenarannya dengan amal-amal sholeh yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya, Khusyu’ disini ialah tenang, rendah hati, berserah diri lahir dan batin serta perhatiannya terarah kepada shalat yang sedang mereka kerjakan sehingga mereka memperoleh kebahagiaan atas sholatnya. Dimaksud dengan kebahagiaan disini adalah orang-orang yang tidak acuh yakni tidak memberi perhatian atau menjauhkan diri secara lahir dan batin dari hal-hal tersebut.
Mukmin menurut awal surat Al-Mu’minun adalah orang-orang yang membayar zakat yakni menyisihkan sebagian harta bendanya yang sebenarnya milik orang lain atau penyucian jiwa atas mereka yang melakukannya dengan sempurna dan tulus. Sedangkan pada ayat 5-6 menyebutkan penyucian diri manusia dan hal yang pertama disucikan adalah alat kelamin, karena perzinahan adalah puncak kerusakan moral manusia. Pada ayat tersebut menjelaskan tentang konsep orang mu’min yang memperoleh kebahagiaan adalah mereka yang selalu menjaga menyangkut kemaluan mereka (pemelihara-pemelihara) yakni tidak menyalurkan kebutuhan biologisnya melalui hal dan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh agama.
Mengenai asbabun nuzul yakni sebagai berikut Imam Hakim telah menyampaikan sebuah hadits melalui sahabat Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw. “Bilamana melakukan shalat, selalu mengangkat pandangan kelangit”. Maka turunlah ayat ini: yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya (QS. Al-Mu’minun 23: 2), maka sejak saat itu Rasulullah saw. Menundukkan kepalanya jika sedang mengerjakan shalat. Hadits ini disampaikan pula oleh Ibnu Murdawaih, hanya lafaznya mengatakan, bahwa Rasulullah saw “menolehkan pandangannya, sedang ia dalam shalat”. Disampaikan pula oleh Sa’id Ibnu Mansyur melalui Ibnu Sirin secara mursal, yaitu dengan lafadz yang mengatakan: “bahwasannya Rasulullah saw, membolak-balikkan pandangan matanya dalam shalat”,maka turunlah ayat ini.
Dalam surat Al-Mukminun diterangkan salah satu bentuk kepribadian manusia adalah kepribadian seorang mukmin yang melakukan sholat secara khusyu’, tidak mengerjakan Laghw atau hal-hal yang mampu membatalkan suatu amalan, membayar zakat dan menjaga kemaluan kecuali kepada istri atau budak-budaknya.
Pengertian Mukmin dalam salah satu referensi berarti mereka yang beriman atau percaya kepada yang gaib (Allah, malaikat dan Ruh), menunaikan sholat menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin, yatim, beriman pada kitab Allah serta beriman pada hari akhir, tipe ini digolongkan kepada tipe orang yang beruntung karena telah mendapat petunjuk, kalimat definisi mukmin diatas diambil dari salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh muslim.
Al-Baqarah ayat 13-15
 
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. (Q.S Al-Baqarah 2: 13-15).
Tafsir pada ayat 13 menekankan bahwa beriman yang benar yaitu semua yang diucapkan harus sesuai dengan yang ada dalam hatinya sebagaimana keimanan manusia yang sempurna, indikator kesempurnaan disini adalah menyadari sebagai makhluk Allah yang mesti tunduk dan patuh kepada-NYA. Namun yang terjadi pada orang munafik adalah mereka mengaku meyakini beriman kepada Allah tapi disisi lain mereka berkhianat dan memusuhi orang-orang yang beriman.
Pada ayat 14-15 menekankan kepada penjelasan pada sifat dasar orang munafik yang bermuka dua, apabila ia bertemu dengan orang yang beriman ia mengaku beriman tetapi apabila ia bertemu dengan orang kafir ia juga mengaku kafir.
Adapun Asbabun Nuzul surat ini adalah: Allah berfirman: “dan jika mereka mereka menemui orang-orang beriman” (QS. Al-baqarah 2: 14), diketengahkan oleh Al Wahidi dan Tsa’labi, dari jalu Muhammad bin Marwan dan Assdiyush Shaghir, dari al Kalbiy, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya: ayat ini turun mengenai Abdullah bin Ubai dan teman-temannya. Cerita bahwa pada suatu hari mereka keluar lalu ditemui oleh segolongan sahabat Rasulullah saw, maka kata Abdullah bin Ubai: “lihatlah, bagaimana orang-orang itu kuusir dari kalian!” lalu ia maju kemuka dan menjabat tangan Abu Bakar seraya berkata: “selamat untuk Shiddiq penghulu bani Tamim dan sesepuh agama islam, pendamping Rasulullah di dalam gua dan telah membaktikan raga dan hartanya untuk Rasulullah” kemudian dijabatnya pula tangannya Umar seraya berkata: “selamat untuk penghulu bani Adi bin Kaab, faruq yang perkasa (Umar) dalam agama Allah dan telah menyerahkan raga dan hartanya untuk Rasulullah.” Setelah itu disambutnya tangan Ali seraya berkata: “selamat untuk saudara sepupu dan menantu Rasulullah, penghulu bani Hasyim selain Rasulullah.” Kemudian mereka berpisah, maka kata Abdullah kepada anak buahnya: “Bagaimana pendapat kalian tentang perbuatan saya tadi? Nah jika kalian menemui mereka, lakukanlah seperti yang saya lakukan itu!” mereka memuji perbuatannya itu, sementara kaum muslilmin kembali kepada Nabi saw. Dan menceritakan peristiwa tersebut maka turunlah ayat ini.
Surat Al-Baqarahayat 13-15 menjelaskan tentang ciri kepribadian manusia yang tidak mempunyai pendirian, selalu berubah-ubah menurut kemauan, situasi kondisi yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, kepribadian tersebut lebih kenal dengan kepribadian fasiq dengan orang yang melakukan kepribadian tersebut disebut orang yang munafik.
Munafik yaitu mereka yang beriman kepada Allah. Dan hari akhir tetapi keimanannnya hanya dimulut saja, sementara hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mu’min walaupun sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Hati mereka berpenyakit, dan semakin parah penyakitnya karena membuat kerusakan, menambah kebodohan, persekutu dengan setan untuk mengolok-olok orang mu’min. mereka tidak mendapat penerangan dan petunjuk, sehingga senantiasa dalam kegelapan.
Al-Baqarah: 27-28
 
 (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?(Q.S Al-Baqarah 2: 27-28).
Tafsir pada ayat 27 menjelaskan tentangsifat-sifat orang fasik yaitu ada perjanjian antara manusia dengan Allah yakni bahwa mereka mengakui keEsaan Allah, serta ketundukan mereka kepada-Nya. Mereka adalah orang-orang yang mengurai yaitu membatalkan dan melanggar perjanjian mereka dengan Allah pada perjanjian itu sudah demikian kukuh mereka mengurainya sesudah perjanjian diikat teguh dengan diutusnya para nabi dan rasul dengan bukti-bukti keEsaannya.
Tafsir pada ayat 28 mengingatkan pada orang kafir bahwa sesungguhnya dulu mereka adalah orang yang mati (orang yang tidak ada di dunia) kemudian dihidupkan dan kemudian kembali kepada-Nya.
Asbabun Nuzul surah ini adalah: Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari As Saddiy dengan sanad-sanadnya, tatkala Allah membuat dua buah perumpamaan ini bagi orang-orang munafik yakni firmannya: “perumpamaannya mereka adalah seperti orang yang menyalakan api” dan firmannya: “atau seperti hujan lebat dari langit”, orang-orang munafik mengatakan, bahwa Allah lebih tinggi dan lebih agung sampai membuat perumpamaan-perumpamaan ini. Maka Allah menurunkan: “Sesungguhnya Allah tidak merasa malu untuk membuat tamsil perumpamaan.”Sampai dengan firman-Nya “merekalah orang-orang yang merugi” (QS. Al-Baqarah 2: 26-27).
Bagian terakhir dari tiga rangkaian ayat yang menjelaskan tentang kepribadian manusia menjelaskan tentang kepribadian kafir, namun pada awal ayat pada bagian ini lebih dulu menjelaskan tentang sifat orang fasiq yang suka melanggar perjanjian serta bermuka dua, kemudian menjelaskan tentang ancaman kepada orang-orang kafir agar mereka (orang kafir) mau berpikir bahwa sesungguhnya mereka tidak berdaya dihadapan Allah SWT.
Pengertian Kafir adalah mereka yang ingkar terhadap hal-hal yang harus dipercayai sebagai seorang mu’min, tipe seperti ini digambarkan sebagai tipe yang sesat, karena terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam masalah kebenaran. Siksa Allah yang pedih tentu menjadi bagian dari kehidupan akhirnya.

No comments:

Post a Comment